:::presiden dan pameran lukisan:::
Suatu hari seorang presiden sebuah negara pergi melihat pameran lukisan-lukisan. Karena saat itu beliau mengalami sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia mengajak satu ajudannya ut menuntunnya.
Presiden : “Wah, lukisan ini bagus. Gambar ikannya bener-bener hidup.”
Ajudan: “Shttt… Ja...ngan keras-keras Pak. Itu gambar buaya.”
Kemudian mereka berpindah ke lukisan lain.Presiden: “Gambar Gajah ini benar- benar gagah.” Ajudan: “Shttt… Ojo keras-keras Pak. Itu gambar banteng.”
Presiden itu kemudian menahan diri memberi komentar sampai ia tiba pada satu pojok ruang pameran dia berseru:“Wah, sing iki apik tenan. Lukisan Gorila nya begitu nyata anatominya.”
Ajudannya langsung tertegun dan berkata:“Pssttt…. Jangan keras-keras Pak. Itu cermin!”
Tiga Suami Memiliki Istri Aneh
Ada percakapan 3 orang suami:
Suami pertama : "Saya heran, istri saya kok tingkah nya aneh-aneh, masa dia bilang ingin beli DVD player, padahal TV aja kita gak punya..."
Suami kedua : "Istri saya lebih aneh lagi, Pak, maksa-maksa minta beli tabung gas, padahal kompor di rumah kami masih kompor minyak..."
Suami ketiga : "Wah, istri saya paling aneh banget, Pak, dia bilang mau tugas keluar kota, dia bawa 10 kondom pak, bayangin, Pak, 10 buah, dia ga mikir apa ya? Mau dipasang dimana itu kondom? dia kan wanita..."
Seperti Buah Melon
Di sebuah Simposium seorang Profesor Ginekologi mengejutkan para peserta dengan pertanyaannya : "Saya pernah menemukan pasien saya yang memiliki vagina seperti buah melon."
Teman sejawatnya langsung mengangkat tangan dan mengajukan keberatannya : "Bahwa dalam kasus-kasus tertentu kita dapat menjumpai vagina dengan bentuk dan ukuran yang berbeda, tentulah dapat sama-sama kita terima. Namun menurut saya selalu mengada-ngada bila Anda mengatakan pernah menemukan vagina dengan bentuk dan sebesar buah melon."
"Lho, siapa yang berbicara tentang bentuk dan ukuran?" jawab Profesor tadi.
"Saya berbicara tentang rasa!"
Mama Mau Meninggal
Budi yang masih polos bertanya pada papanya, "Papa, kok di dada mama ada dua buah balon ya?"
Papanya yang tidak mau repot menjawab pertanyaan Budi seenaknya menjawab, "Iya nak, nanti kalau mama meninggal, balon itu bisa ditiup supaya dia mudah terbang ke surga."
Dua hari kemudian, papanya Budi yang sedang kerja di kantor ditelpon oleh Budi.
"Papa...papa...." kata Budi sambil sesenggukan.
"Kenapa nak? Kok kamu nangis sedih gitu?"
"Mama mau meninggal..."
"HAH?! Kenapa??" (sambil bergegas bersiap pulang ke rumah).
"Iya... tadi mama dipangku sama om Beni di rumah sebelah, trus om Beni niup balonnya Mama..... dan mama napasnya merintih sambil berdoa,"OH TUHAN...... AKU HAMPIR SAMPAI...!!!!!" "
Mencari Kucing Hilang
Seorang gadis menangis di pinggir jalan. Lalu seorang bapak menghampiri dan menyapanya.
"Adik manis, kenapa menangis?"
"Kucing saya hilang...," jawabnya dengan isakan tangis.
"Bolehkah saya bantu untuk mengiklankannya di koran?"
"Percuma Pak, kucing saya kan tidak bisa membaca."
"Adik manis, kenapa menangis?"
"Kucing saya hilang...," jawabnya dengan isakan tangis.
"Bolehkah saya bantu untuk mengiklankannya di koran?"
"Percuma Pak, kucing saya kan tidak bisa membaca."
Nilai Rapot Merah Semua
Cerita ini mengisahkan seorang anak yang memperlihatkan nilai laporan sekolahnya ke pada bapakknya,
Joni : "Pak Pak Joni sudah dibagi rapot..."
Bapak : "Udah di bagi rapot? Coba bapak liat..."
Joni : "Tuh di meja pak ambil saja."
Bapak : "Coba bapak liat... Waduhhh kamu ini Joni jadi anak bodo banget masa nilai di rapot kamu merah semua. Kalau begini Bapak percuma sekolahin kamu!!!" (dengan penuh emosi dan amarah yang meledak-ledak)
Joni : "Pak Pak sebentar dulu..." (bingung) "Masa sih pak, nilai Joni kan bagus semua gak ada yang merah..." (agak emosi dan takut dan aneh)
Bapak : "Terus ini apa warna apa? Bukan warna merahhhhh??!!"
IJoni : "Coba Mana Liat!! Waduhhhhh kok banyak merahnya yaaa padahal tadi di sekolah gak ada merahnya sumpah deh, Pak.."
Bapak : "Ah, kamu ini alasan!!"
Joni : "Ehh, sebentar. Kok ini rapot laporan tahun 1989, taun sekarang kan tahun 2010... Coba lihat dulu sampul depannya ini rapot siapa. Yeee ini mah RAPOT BAPAK WAKTU DULU..."
Bapak : "???"
Joni : "Pak Pak Joni sudah dibagi rapot..."
Bapak : "Udah di bagi rapot? Coba bapak liat..."
Joni : "Tuh di meja pak ambil saja."
Bapak : "Coba bapak liat... Waduhhh kamu ini Joni jadi anak bodo banget masa nilai di rapot kamu merah semua. Kalau begini Bapak percuma sekolahin kamu!!!" (dengan penuh emosi dan amarah yang meledak-ledak)
Joni : "Pak Pak sebentar dulu..." (bingung) "Masa sih pak, nilai Joni kan bagus semua gak ada yang merah..." (agak emosi dan takut dan aneh)
Bapak : "Terus ini apa warna apa? Bukan warna merahhhhh??!!"
IJoni : "Coba Mana Liat!! Waduhhhhh kok banyak merahnya yaaa padahal tadi di sekolah gak ada merahnya sumpah deh, Pak.."
Bapak : "Ah, kamu ini alasan!!"
Joni : "Ehh, sebentar. Kok ini rapot laporan tahun 1989, taun sekarang kan tahun 2010... Coba lihat dulu sampul depannya ini rapot siapa. Yeee ini mah RAPOT BAPAK WAKTU DULU..."
Bapak : "???"
Gara-gara Ingin Dada yang Lebih Besar
Sebuah supermarket sedang mengobral dada ayam tanpa tulang. Tono beniat untuk membeli sebagai persediaan di rumah. Ketika sudah sampai supermarket, Tono kecewa karena hanya menemukan beberapa potong daging kecil, sehingga dia komplain dengan gadis yang menjadi pelayan di counter daging supermarket itu.
"Jangan kuatir," kata gadis itu, "Saya akan ke belakang dan membungkus beberapa potong dan memastikan daging tersebut siap sebelum anda selesai berbelanja di sini."
Beberapa menit kemudian, di Tono mukanya langsung merah padam dan salah tingkah ketika mendengar gadis pelayan toko tadi mengumumkan lewat pengeras suara supermarket, "Mohon kepada mas yang tadi menginginkan dada yang besar untuk menemui saya di bagian belakang toko..."
"Jangan kuatir," kata gadis itu, "Saya akan ke belakang dan membungkus beberapa potong dan memastikan daging tersebut siap sebelum anda selesai berbelanja di sini."
Beberapa menit kemudian, di Tono mukanya langsung merah padam dan salah tingkah ketika mendengar gadis pelayan toko tadi mengumumkan lewat pengeras suara supermarket, "Mohon kepada mas yang tadi menginginkan dada yang besar untuk menemui saya di bagian belakang toko..."
Tentara Berburu Kerbau
Seorang tentara diberikan tugas berburu kerbau. Untuk emmbantunya, dia menyewa pemburu Indian. Keduanya melakukan perjalanan mencari kerbau.
Setelah naik kuda selama beberapa lama, orang Indian tersebut turun dari kuda, menempelkan telinganya ke tanah dan berkata,
"Hmm, ada kerbau yang baru saja lewat 15 menit yang lalu..."
Si Tentara mengambil teropong dan melihat sekeliling, tapi tidak melihat apapun. Dia bingung dan akhirnya bertanya, "Saya tidak melihat apapun di sini, bagaimana kamu bisa tahu kalau ada kerbau yang datang?"
Sang Indian menjawab, "Ini telingaku lengket di ijo anget-anget..."
Setelah naik kuda selama beberapa lama, orang Indian tersebut turun dari kuda, menempelkan telinganya ke tanah dan berkata,
"Hmm, ada kerbau yang baru saja lewat 15 menit yang lalu..."
Si Tentara mengambil teropong dan melihat sekeliling, tapi tidak melihat apapun. Dia bingung dan akhirnya bertanya, "Saya tidak melihat apapun di sini, bagaimana kamu bisa tahu kalau ada kerbau yang datang?"
Sang Indian menjawab, "Ini telingaku lengket di ijo anget-anget..."
Menghukum Lengan Terdakwa
Seorang pengacara membela seorang terdakwa yang terbukti mencoba membobol masuk tanpa ijin, "Klien saya hanya memasukkan tangannya ke dalam jendela dan mengeluarkan beberapa benda dari dalam. Lengannya bukan dirinya, dan saya tidak mengerti bagaimana Anda memnghukum seseorang secara keseluruhan untuk kesalahan yang dilakukan oleh lengannya?"
Hakim menjawab, "Oke, gunakan logika Anda, dengan ini saya memutuskan menjatuhkan hukuman bagi lengan terdakwa selama satu tahun penjara. Dia bebas untuk memilih, mau ikut lengannya atau tidak, itu terserah terdakwa."
Terdakwa tersenyum. Dengan bantuan pengacaranya, dia melepaskan tangan palsunya, menaruhnya di meja, dan berjalan ke luar ruang sidang.
Hakim menjawab, "Oke, gunakan logika Anda, dengan ini saya memutuskan menjatuhkan hukuman bagi lengan terdakwa selama satu tahun penjara. Dia bebas untuk memilih, mau ikut lengannya atau tidak, itu terserah terdakwa."
Terdakwa tersenyum. Dengan bantuan pengacaranya, dia melepaskan tangan palsunya, menaruhnya di meja, dan berjalan ke luar ruang sidang.
Lari Telanjang
Jack lagi asik bergumul sore-sore dengan selingkuhannya. Ketika tiba-tiba si cewek bilang, "Gawat... suamiku pulang tuh. Buruan deh kamu kabur lewat jendela..!" dengan panik Jack menyambar baju, celana dan sepatunya, dan kabur lewat jendela.
Di luar ternyata hujan. Takut ketahuan, Jack lari tanpa sempat pakai baju. Tidak jauh dari rumah si cewek pas kebetulan lewat rombongan pelari marathon. Jack buru-buru membaur ditengah rombongan pelari, biar gak keliatan lagi sama suami si cewek tadi.
Beberapa pelari di sekitar Jack heran ngeliat Jack lari bugil sambil pegang baju. Salah seorang bertanya, "Ngapain kamu lari bugil...?" Jack jawab sekenanya,
"Mmmm... aku demen yang back to nature.. biar menyatu dengan alam..."
Yang lain nanya lagi, "Sering lari bugil kayak gini?" makin bingung Jack cari alesan. "Nngg.. kadang-kadang aja... kalau sore-sore.. biar gak kepanasan..."
Pelari yang lain nimpalin...
Di luar ternyata hujan. Takut ketahuan, Jack lari tanpa sempat pakai baju. Tidak jauh dari rumah si cewek pas kebetulan lewat rombongan pelari marathon. Jack buru-buru membaur ditengah rombongan pelari, biar gak keliatan lagi sama suami si cewek tadi.
Beberapa pelari di sekitar Jack heran ngeliat Jack lari bugil sambil pegang baju. Salah seorang bertanya, "Ngapain kamu lari bugil...?" Jack jawab sekenanya,
"Mmmm... aku demen yang back to nature.. biar menyatu dengan alam..."
Yang lain nanya lagi, "Sering lari bugil kayak gini?" makin bingung Jack cari alesan. "Nngg.. kadang-kadang aja... kalau sore-sore.. biar gak kepanasan..."
Pelari yang lain nimpalin...
"sering lari bugil dengan kondom terpasang gitu?"
Dengan tersipu Jack jawab sedapetnya... "Mmm... kalau pas hujan aja sih... biar terlindung...
Dengan tersipu Jack jawab sedapetnya... "Mmm... kalau pas hujan aja sih... biar terlindung...
Menunjukkan Lubang Telinga
Ada seorang wanita cantik namanya Sisca, ia pergi ke sebuah klinik. Sesampainya disana sang Dokter tampan itu menyuruhnya berbaring untuk di periksa di lubang telinganya.
Tiba-tiba lampu mati.
Dokter : "Nona, tolong tuntun telunjuk saya ke lubang telinga Anda."
Sisca : "Baik, Dok!"
Tak lama kemudian Dokter itu berkata : "Nona, seingat saya lubang telinga Anda tidak sebesar ini."
Sisca : "Benar, Dok! Tapi seingat saya telunjuk Dokterpun tidak sebesar ini..."
Kata-Kata Peringatan di Rumah Bordil
Dalam kamar bordil tertera tulisan di kertas stiker yang berbunyi: "Demi keselamatan kerja, pakailah helm."
Kata-kata 'HELM' dicoret dan diganti kata 'KONDOM'.
Disamping itu juga terdapat tulisan besar di ruang tunggu yang ber bunyi : "DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SEMBARANG TEMPAT BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA."
Tapi kata-kata 'Sampah' dicoret dan diganti dengan kata 'sperma'.
Smary Saklitunov
Seorang guru baru tengah mengabsen murid-muridnya. Sang guru tertarik dengan sebuah nama, dan dengan penasaran si guru lalu memanggil muridnya.
Guru : “Smary Saklitunov, coba kemari!”
Murid : “Ya bu, saya.”
Guru : “Sini kamu nak, kamu keturunan Yugoslavia yach?”
Murid : “Nggak bu!”
Guru : “Lalu kenapa nama kamu Smary Saklitunov?”
Murid : “Oo…itu, Smary itu singkatan dari nama bapak saya (S)urtono dan ibu saya (Mary)anti.
Guru : “Mmmm…lalu Saklitunov?”
Murid : “Sabtu Kliwon Tujuh November.”
Guru : “Smary Saklitunov, coba kemari!”
Murid : “Ya bu, saya.”
Guru : “Sini kamu nak, kamu keturunan Yugoslavia yach?”
Murid : “Nggak bu!”
Guru : “Lalu kenapa nama kamu Smary Saklitunov?”
Murid : “Oo…itu, Smary itu singkatan dari nama bapak saya (S)urtono dan ibu saya (Mary)anti.
Guru : “Mmmm…lalu Saklitunov?”
Murid : “Sabtu Kliwon Tujuh November.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar